BTC: 3B74XpJ12oucMsEgxVbZqwYd6XPgGs8GXt / ETH: 0xae7d573142e3b918cc9d2b0bf35a5f9cb35619e3

Tuesday, 1 December 2020

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


BRIAN RIAN REHAN

NPM: 50420296

Kelas: 1IA13

2. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN 

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN 

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling terkait satu sama lain. Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna yang diciptakan Tuhan, dibandingkan dengan hewan/binatang dan tumbuhan. Di sisi lain, manusia adalah makhluk sosial, di mana manusia itu hidup berdampingan dan saling membutuhkan (manusia tidak dapat hidup sendiri). Manusia memiliki kebudayaannya masing-masing. Karena kebudayaan itu diciptakan dengan akal budi (pikiran) manusia itu sendiri berdasarkan sejarah hidupnya yang biasanya diwariskan secara turun-temurun. 

A. MANUSIA 

Manusia dibangun dari berbagai unsur. Berikut adalah unsur-unsur yang membangun manusia. 

1) Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu: 

a. Jasad 

b. Hayat 

c. Ruh 

d. Nafs 

2) Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu: 

a. Id 

b. Ego 

c. Superego 

B. HAKEKAT MANUSIA 

1) Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh 

2) Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lain 

Manusia memiliki perasaan rohani. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia. Misanya; 

1.Perasaan Intelektual 

2.Perasaan Estetis 

3.Perasaan Etis 

4.Perasaan diri 

5.Perasaan Sosial 

6.Perasaan Religius 

3) Makhluk Biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi 

4) Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkunan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya 

C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR 

Francis L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam dalam dirinya keahlian di dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan cina klasik. Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dalam masyarakat Barat, dimana konsep individu itu mengambil tempat yang amat penting. Biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampaui banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri. 

Kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran preologis, keramahtamahan, dan gotong-royong. Sedangkan Kebudayaan Barat lebih memntingkan kebendaan, pikiran logis, hubungan asas guna, dan individualisme. 

D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN 

Kebudayaan dari bahasa sansekerta berasal dari kata “budhayah” yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata “colere”, yang berarti mengolah tanah. Jadi secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya; atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya.” Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada polo-polo perilaku yang ditularkan secara sosial, yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu (Keesing, Jilid I, 1989;hal 68). 

E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN 

Beberapa orang Sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan. Seperti Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan menmpunyai empat unsur, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik. Sedangkan Broinslaw Malinowski mengatakan unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan. C.Kluckhohn dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan ada tujuh kebudayaan universal,yaitu: 

1. Sistem Religi (sistem kepercayaan), merupakan produk manusia sebagai homo relogieus. 

2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. 

3. Sistem Pengetahuan, merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. 

4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat. 

5. Sistem Teknologi dan Peralatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. 

6. Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. 

7. Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus (keindahan akan seni). 

F. WUJUD KEBUDAYAAN 

Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu: 

1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia 

Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup. 

2. Kompleks aktivitas 

Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini disebut sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu sama lain dari waktu ke waktu. 

3. Wujud sebagai benda 

Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. 

G. ORIENTASI NILAI KEBUDAYAAN 

Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variation in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu: 

1. Hakekat hidup manusia (MH) 

2. Hakekat karya manusia (MK) 

3. Hakekat waktu manusia (WM) 

4. Hakekat alam manusia (MA) 

5. Hakekat hubungan manusia (MN) 

H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN 

Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tersebut. Gerak manusia terjadi karena ia mengadakan hubungan dengan manusia lainnya. 

Terjadinya gerak / perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal: 

1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri. 

2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. 

Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa. 

I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN 

Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain, proses dialektis tercipta melalui tiga tahap, yaitu : 

1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. 

2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. 

3. Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dapat hidup dengan baik. 

CONTOH KASUS 

Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas memiliki beragam warisan budaya di berbagai wilayah dan memiliki ciri khasnya masing-masing. Demikian banyaknya peninggalan berharga dari nenek moyang Bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain itu kadang membuat warisan budaya itu terabaikan dan bahkan nyaris punah ditelah derap langkah zaman yang semakin modern. Di Kota Budaya, Solo, Jawa Tengah, kini muncul sebuah gerakan baru yang dipelopori sejumlah orang yang peduli akan pelestarian warisan budaya Indonesia khususnya Batik, Keris, Wayang, dan Gamelan. Berkaitan dengan sebuah konferensi internasional yang digelar oleh Organisasi Kota-kota Warisan Dunia kawasan Eropa-Asia (Organization of World Heritage Cities-OWHC) di Solo pada 27-28 Oktober, sekelompok kecil orang-orang yang peduli akan pelestarian dan penjagaan warisan budaya itu menggelar ekspo dan workshop warisan budaya berupa batik, keris, wayang, dan gamelan. 

Acara ini berlangsung mulai 28-31 Oktober di Halaman Pura Mangkunegaran, Solo. Slamet Raharjo, manajer ekspo, mengatakan workshop menekankan pada pentingnya pengetahuan masyarakat terhadap batik, gamelan, keris, wayang, yang merupakan peninggalan atau warisan budaya berbentuk. "Lebih jauh lagi adalah pemahaman filosofi dan simbol-simbol yang ada di dalam benda warisan budaya itu," katanya. 

Selama ekspo dan workshop berlangsung pengunjung mendapat kesempatan untuk belajar dan melihat langsung proses pembuatan batik, keris,wayang, dan gamelan. Uniknya di setiap gerai yang memperlihatkan pembuatan benda-benda pusaka itu, para pembuatnya mengenakan busana tradisional. Di gerai workshop batik misalnya, para pembatik mengenakan busana setelan kebaya, duduk di dingklik kecil (kursi kayu yang pendek) sambil memainkan canthing di tangan kanan dan membubuhkannya di atas hamparan kain putih. 

Sementara itu di area worskop keris, beberapa orang tua mengenakan udheng (ikat kepala) warna putih, sedangkan pinggangnya dililit kain putih dan sorban melintang di pundaknya. Sekilas penampilannya ibarat seorang Empu pembuat keris. Di dalam gerai yang ada di sisi Barat halaman Mangkunegaran itu, para pembuat keris mendemonstrasikan bagaimana proses keris dibuat dan diukir. dua orang pembuat keris itu berbagi tugas antara memanaskan api dan membakar bahan keris, hingga membentuknya dna menorehkan ukiran di atas besi panas itu. 

Salah satu pakar keris Indonesia, Haryono Haryoguritno mengatakan hingga kini keris masih menjadi bagian dari kehidupan amsyarakat modern karena fungsinya sebagai pelengkap busana adat Jawa. Upacara ritual di lingkungan keraton, hajatan pernikahan, bahkan upacara besar di lingkungan pemerintah, keris menjadi sarana untuk menagskan identitas. 

Keris juga memberi inspirasi karya warisan budaya lainnya, yakni batik. Dalam visual ragam batik terdapat motif keris yang telah distilasi seperti jenis motif parang, modang, udan liris, dan lain sebagainya. Dalam dunia kesenian keris juga menjadi kelengkapan busana sekaligus senjata perang, sepeti dalam kesenian wayang orang, wayang kulit, kethoprak, dan seni tari. "Bahkan dalam tokoh pewayangan, keris menjadi pandel atau kekuatan mengalahkan musuh," katanya. 

No comments:

Post a Comment